Senin, 30 Juni 2014

Barokah Ramadhan



Sejarah, Hikmah, dan Makna Puasa di Bulan Suci Ramadhan


 Sejarah Puasa
Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang dilaksanakan oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Allah swt. telah mewajibkannya kepada kaum yang beriman, sebagaimana telah diwajibkan atas kaum sebelum Muhammad saw. Puasa merupakan amal ibadah klasik yang telah diwajibkan atas setiap umat-umat terdahulu.




Ada empat bentuk puasa yang telah dilakukan oleh umat terdahulu, yaitu:

  • Puasanya orang-orang sufi, yakni praktek puasa setiap hari dengan maksud menambah pahala. Misalnya puasanya para pendeta 
  • Puasa bicara, yakni praktek puasa kaum Yahudi. Sebagaimana yang telah dikisahkan Allah dalam Al-Qur’an, surat Maryam ayat 26 : “Jika kamu (Maryam) melihat seorang manusia, maka katakanlah, sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk tuhan yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini” (Q.S. Maryam :26). 
  • Puasa dari seluruh atau sebagian perbuatan (bertapa), seperti puasa yang dilakukan oleh pemeluk agama Budha dan sebagian Yahudi. Dan puasa-puasa kaum-kaum lainnya yang mempunyai cara dan kriteria yang telah ditentukan oleh masing-masing kaum tersebut. 
  • Sedang kewajiban puasa dalam Islam, orang akan tahu bahwa ia mempunyai aturan yang tengah-tengah yang berbeda dari puasa kaum sebelumnya baik dalam tata cara dan waktu pelaksanaan.

Hikmah Puasa
Diwajibkannya puasa atas ummat Islam mempunyai hikmah yang dalam. Yakni merealisasikan ketakwaan kepada Allan swt. Sebagaimana yang terkandung dalam surat al-Baqarah ayat 183:
“Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kalain bertakwa.”

Kadar takwa tersebut terefleksi dalam tingkah laku, yakni melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Q.s Al-Baqarah ayat 185 : “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan tersebut, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu”. 
Ayat ini menjelaskan alasan yang melatarbelakangi mengapa puasa diwajibkan di bulan Ramadhan, tidak di bulan yang lain. Allah mengisyaratkan hikmah puasa bulan Ramadhan, yaitu karena Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan yang diistimewakan Allah dengan dengan menurunkan kenikmatan terbesar di dalamnya, yaitu al-Qur’an al-Karim yang akan menunjukan manusia ke jalan yang lurus.
Bila puasa telah diwajibkan kepada umat terdahulu, maka adakah puasa yang diwajibkan atas umat Islam sebelum Ramadhan?
Jumhur ulama dan sebagian pengikut Imam Syafi’i berpendapat bahwa tidak ada puasa yang pernah diwajibkan atas umat Islam sebelum bulan Ramadhan. Pendapat ini dilandaskan pada hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Mu’awiyah :
“Hari ini adalah hari Asyura’, dan Allah tidak mewajibkannya atas kalian. Siapa yang mau
silahkan berpuasa, yang tidak juga boleh meninggalkannya.”
Sedangkan madzhab Hanafi mempunyai pendapat lain: bahwa puasa yang diwajibkan pertamakali atas umat Islam adalah puasa Asyura’. Setelah datang Ramadhan Asyura’ dirombak (mansukh). Madzhab ini mengambil dalil hadisnya Ibn Umar dan Aisyah ra.: diriwayatkan dari Ibn ‘Amr ra. bahwa Nabi saw. telah berpuasa hari Asyura’ dan memerintahkannya (kepada umatnya) untuk berpuasa pada hari itu. Dan ketika datang Ramadhan maka lantas puasa Asyura’ beliau tinggalkan, Abdullah (Ibnu ‘Amr) juga tidak berpuasa”. (H.R. Bukhari).
“Diriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa orang-orang Quraisy biasa melakukan puasa Asyura’ pada masa jahiliyah. Kemudian Rasulullah memerintahkan untuk berpuasa hari Asyura’ sampai diwajibkannya puasa Ramadhan. Dan Rasul berkata, barang siapa ingin berpuasa Asyura’ silahkan berpuasa, jika tidak juga tak apa-apa”. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Pada masa-masa sebelumnya, Rasulullah biasa melakukan puasa Asyura’ sejak sebelum hijrah dan terus berlanjut sampai usai hijrah. Ketika hijrah ke Madinah beliau mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa (Asyura’), beliau pun ikut berpuasa seperti mereka dan manyerukan ke ummatnya untuk melakukan puasa itu.
Hal ini sesuai dengan wahyu secara mutawattir (berkesinambungan) dan ijtihad yang tidak hanya berdasar hadis Ahaad (hadis yang diriwayatkan oleh tidak lebih dari satu orang). ”Ibn Abbas ra. meriwayatkan: ketika Nabi saw. sampai di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi sedang melakukan puasa Asyura’, lalu beliau bertanya: (puasa) apa ini? Mereka menjawab: ini adalah hari Nabi Saleh as., hari di mana Allah swt. memenangkan Bani Israel atas musuh-musuhnya, maka lantas Musa as. melakukan puasa pada hari itu. Lalu Nabi saw. berkata: aku lebih berhak atas Musa dari kalian. Lantas beliau melaksanakan puasa tersebut dan memerintahkan (kepada sahabat-sahabatnya) berpuasa. (HR. Bukhari).
Puasa Ramadhan diwajibkan pada bulan Sya’ban tahun kedua hijriyah, maka lantas, sebagaimana madzhab Abi Hanifah, kewajiban puasa Asyura terombak (mansukh). Sedang menurut madzhab lainnya, kewajiban puasa Ramadhan itu hanya merombak kesunatan puasa Asyura’.
Kewajiban puasa Ramadhan berlandaskan Al-qur’an, Sunnah, dan Ijma.
“Diriwayatkan dari Abdullah Ibn Umar, bahwasanya dia mendengar Rasulullah saw bersabda: Islam berdiri atas lima pilar: kesaksian tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, mengeluarkan zakat, haji ke Baitullah (Makkah) dan berpuasa di bulan Ramadhan.”


Kata ‘al-haj’ (haji) didahulukan sebelum kata ‘al-shaum’ (puasa), itu menunjukkan pelaksanakaan haji lebih banyak menuntut pengorbanan waktu dan harta. Sedang dalam riwayat lain, kata ‘al-shaum’ didahulukan, karena kewajiban puasa lebih merata (bisa dilaksanakan oleh mayoritas umat Islam) dari pada haji.
Kewajiban puasa Ramadhan sangat terang. Barang siapa yang mengingkari atau mengabaikan keberadaannya dia termasuk orang kafir, kecuali mereka yang hidup pada zaman Islam masih baru atau orang yang hidup jauh dari ulama.

Secara etimologi, puasa berarti menahan, baik menahan makan, minum, bicara dan perbuatan. Seperti yang ditunjukkan firman Allah, surat Maryam ayat 26 : “Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa demi Tuhan yang Maha Pemurah, bahwasanya aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”. (Q.S. Maryam : 26)
Sedangkan secara terminologi, puasa adalah menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa dengan disertai niat berpuasa. Sebagian ulama mendefinisikan, puasa adalah menahan nafsu dua anggota badan, perut dan alat kelamin sehari penuh, sejak terbitnya fajar kedua sampai terbenarnnya matahari dengan memakai niat tertentu. Puasa Ramadhan wajib dilakukan, adakalanya karena telah melihat hitungan Sya’ban telah sempurna 30 hari penuh atau dengan melihat bulan pada malam tanggal 30 Sya’ban. Sesuai dengan hadits Nabi saw.
“Berpuasalah dengan karena kamu telah melihat bulan (ru’yat), dan berbukalah dengan berdasar ru’yat pula. Jika bulan tertutup mendung, maka genapkanlah Sya’ban menjadi 30 hari.”***

Berpuasa Bagi Wania Hamil



Amankah puasa bagi wanita hamil?

Berdasarkan penuturan dr. H. Ari Fahrial Syam, Sp. PD-KGEH, MMB (Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Pemyaki Dalam FKUI-RSCM-Jakarta), puasa pada trimester 2 tidak akan berpengaruh pada ibu hamil, karena pada trimester 2, biasanya kondisi tubuh atau kesehatan ibu sudah lebih baik. Ibu tidak mengalami mual-muntah. Pada periode ini, ibu relatif bisa menjalani ibadah puasa, asalkan tidak memaksakan diri berpuasa. Berpuasa bagi ibu hamil tidak terjadi pengaruh langsung pada janin, tetapi pada ibu hamil sendiri.
Pada trimester 1 kebanyakan ibu sering mual-muntah, yang dinamakan periode morning sickness. Pada kondisi ini, ibu tidak dianjurkan berpuasa. Pada periode ini, makanan yang dimakan ketika sahur akan dimuntahkan, tentu akan mempengaruhi kebutuhan gizi ibu hamil.
Berpuasa pada trimester 3 umumnya sama seperti trimester 2, kecuali jika usia kehamilan menjelang melahirkan, sebaiknya tidak berpuasa. Karena saat itu, dibutuhkan tenaga.

Tips Berpuasa bagi Wanita Hamil

  1. Periksa terlebih dulu ke dokter
  2. Saat berbuka, dianjurkan terlebih dahulu makan makanan yang tinggi kandungan karbohidrat sederhana (fruktosa dan glukosa) atau biasa disebut makanan yang manis-manis sehingga giziya lebih cepat diserap tubuh.
  3. Saat sahur, dianjurkan mengonsumsi makanan dengan gizi cukup dan seimbang agar tidak mengalami penurunan kadar gula darah.
  4. Kebutuhan gizi ibu hamil.

Kalori :
lemak (minyak, lemak hewani), karbohidrat (nasi, kentang, jagung, terigu, ubi-ubian)
Protein :
ayam, daging, ikan, susu, tempe, keju, tahu, kacang-kacangan
Kalsium :
ikan teri, susu dan hasil olahannya, sayuran hijau, kacang-kacangan
Besi :
hati, daging, beras tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau
Fosfor :
gandum, biji bunga matahari, biji labu, beras, kacang- kacangan
Yodium :
nanas, ikan, stroberi, sayuran hijau, kacang tanah
Seng :
telur,jamur, daging memrah, telur, ikan, kedelai
Vitamin C :
jambu biji, jeruk, nanas, semangka, mangga, pepaya, dan sayuran hijau
Asam Folat :
sayuran hijau, asparagus, buah-buahan segar
Vitamin B12 :
jamur, telur, yoghurt, ikan
Vitamin B3 :
biji-bijian, ikan, hati, daging, kacang-kacangan
Vitamin B2 :
sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, hati dan telur
Vitamin B 1 :
daging, kacang-kacangan, biji-bijian, padi-padian
Vitamin A :
Hati, sayuran berwarna seperti wortel, buah-buahan berwarna merah, mentega, kuning telur

5. Minum susu, es krim dan minuman lain agar tidak dehidrasi. Jumlah cairan tubuh 2-3 liter didapat dari makanan atau minuman saat berbuka dan sahur
6. Usai shalat tarawih, dapat menyantap cemilan shat berupa pudding buah atau buah-buahan, pudding susu atau yoghurt.
7. Hindari makanan asam pedas
8. HIndari makanan berlemak, sebab bisa menyebabkan mual.
9. Niatkan menjalani ibadah dengan ikhlas.

Tips Sehat & Segar Selama Berpuasa



Tips Sehat dan Segar Selama Berpuasa



Selama bulan suci Ramadhan, umat muslim diwajibkan untuk berpuasa tidak makan dan minum dari terbit fajar hingga tenggelam matahari.
Pada saat menjalankan ibadah puasa banyak dijadikan alasan untuk tidak bekerja secara maksimal karena lemas, lesu, mengantuk dan sebagainya sehingga berakibat terhadap menurunnya produktivitas kerja sehari-hari.
Kondisi itu karena timbul akibat perilaku yang tidak sehat yang dilakukan tanpa sadar dan menjadi kebiasaan selama berpuasa, seperti kebiasaan makan sahur yang banyak, makan yang berlebihan pada saat berbuka, kurangnya konsumsi buah-buahan dan sayuran, tidur seharian sampai tidak berolahraga.
Untuk menghindari kebiasaan kurang sehat tersebut, perlu pengaturan makan dan minum pada saat sahur atau berbuka puasa, agar tubuh kita tetap sehat dan segar sepanjang hari selama berpuasa.

Berikut ini beberapa tips khusus saat sahur dan berbuka puasa agar tubuh kita tetap sehat dan segar selama bulan puasa sehingga terhindar dari kebiasaan yang kurang sehat:

Saat Sahur:

  • Jangan lupa selalu mengkonsumsi makanan bergizi baik pada saat sahur atau berbuka puasa. Walau menu sederhana, yang penting mengandung lima unsur gizi lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. saat berpuasa bahan makanan penghasil energi utama seperti karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan protein yang masuk ke tubuh kita relatif tidak sebanyak hari-hari biasa. 
  • Agar Anda mampu menahan rasa lapar, perbanyaklah mengkonsumsi jenis makanan berserat yang banyak terdapat dalam sayur dan buah. Tubuh kita memerlukan waktu lebih lama untuk mencerna makanan yang banyak mengandung serat. 
  • Upayakan untuk mencegah dehidrasi tubuh dengan banyak minum air putih pada malam hari. Hal ini penting dilakukan, karena pada siang hari aktivitas kita cenderung banyak mengeluarkan keringat baik di luar ruangan atau ruang ber-AC. 
  • Selain memperbanyak makanan berserat dan makanan yang mengandung protein, sebaiknya Anda juga menyediakan jenis makanan yang mengandung vitamin dan mineral serta makanan tambahan agar tubuh tetap segar bugar sepanjang hari. 
  • Vitamin yang penting dikonsumsi setiap hari adalah vitamin A, B, dan C. Tapi kalau Anda sudah makan buah berwarna kuning atau merah, sayur berwarna hijau tua, kacang-kacangan, maka tak perlu khawatir kekurangan vitamin tersebut. 
  • Bagi penderita sakit lambung makanan yang sebaiknya dihindari adalah ketan, mie, daging berlemak, ikan dan daging yang diawetkan, sayuran mentah, sayuran berserat, minuman yang mengandung soda, dan bumbu yang tajam (cuka, cabai, asam). Jenis makanan tersebut bisa menimbulkan gas yang berpengaruh meningkatkan produksi asam lambung. 
  • Setelah makan sahur jangan langsung tidur. Tubuh memerlukan waktu untuk mencerna makanan.

Saat Berbuka:

  • Jangan langsung minum air dingin atau es, sebaliknya biasakanlah berbuka dengan minuman yang hangat. Perut yang kosong bisa menjadi kembung, bila Anda langsung berbuka puasa dengan air dingin, karena asam lambung dalam tubuh kita akan terbentuk semakin banyak. 
  • Kemudian beristirahatlah kurang lebih satu jam sebelum menyantap hidangan berbuka yang telah dihidangkan. Tujuannya untuk memberikan keseimbangan terlebih dahulu pada pencernaan kita. Ingat, jangan mengkonsumsi makanan berlebihan dan makanan asinan. 
  • Berbuka puasa hendaknya dilakukan secara bertahap dan tidak terburu-buru agar lambung tidak “kaget”. Dengan demikian kerja lambung tidak terlampau berat karena lambung membutuhkan ruangan kosong untuk mencerna makanan. Untuk meringankan kerja pencernaan, kunyah makanan dengan baik. 
  • Bagi mereka yang berat badannya melebihi berat badan ideal, sebaiknya selama berpuasa pun tetap menghindari makanan yang tinggi kolesterolnya, misalnya lemak hewan, margarin, mentega. Selain itu, sebaiknya Anda menghindari makanan yang manis-manis, seperti dodol, sirup, cokelat, kue tar, es krim. 
  • Selain lebih banyak mengkonsumsi sayur, buah, dan daging tanpa lemak, pengolahan makanannya pun sebaiknya jangan digoreng.
  •  Sedang bagi mereka yang terlalu kurus, selama berpuasa sebaiknya menambah porsi susunya dan menghindari makanan yang sulit dicerna seperti sayuran berserat kasar (daun singkong, daun pepaya). 
  • Bagi mereka yang berusia lanjut, aturlah pola makan saat berbuka puasa juga secara bertahap. Makanlah jumlah yang lebih sedikit, namun dilakukan beberapa kali. 
  • Setelah berbuka puasa jangan langsung tidur. Tubuh memerlukan waktu untuk mencerna makanan.


Jika ini dilakukan Insya Allah tubuh anda sehat dan segar selama menjalankan ibadah Puasa.
Menjalankan ibadah puasa telah terbukti memiliki banyak manfaat, termasuk bagi kesehatan kita.

Selain itu, puasa juga bermanfaat dari sisi sosial dan kejiwaan. Dari segi sosial, puasa melatih orang berdisiplin, cinta keadilan, dan kadamaian.

Dari sisi kejiwaan, puasa membuat manusia menjadi pandai dalam menguasai diri. Sedangkan dari sisi kesehatan, berpuasa berarti mengistirahatkan saluran pencernaan (usus), enzim, dan hormon yang biasanya bekerja untuk mencerna makanan terus-menerus selama kurang lebih 18 jam.

Organ vital ini dapat istirahat selama 14 jam. Pada saat puasa, kadar gula dalam darah mudah dikendalikan. Apabila kadar gula darah turun, cadangan gula dalam bentuk glikogen di dalam hati mulai digunakan. Berikut beberapa tip untuk Anda:

1. Niat ikhlas. Tanpa ini, mungkin Anda masih tetap bisa endapatkan manfaatnya dari sisi kesehatan, sosial, maupun kejiwaan. Tapi untuk urusan pahala, jangan harap Anda akan mendapatkannya. Niat yang ikhlas bisa memicu Anda untuk konsisten dalam berpuasa?

2. Cukup Air. Sangat sederhana memang. Tapi justru ini yang sering dilupakan orang ketika adzan magrib berkumandang. Kebutuhan air tidak boleh Anda abaikan begitu saja. Tidak harus air putih. Kalau Anda menginginkan variasi, Anda bisa memilih teh, susu, jus buah, koktail buah, atau juga kuah sayur.

3. Cukup Kebutuhan Kalori. Kalori akan menghasilkan tenaga yang dibutuhkan manusia. Dalam sehari, wanita membutuhkan kalori
sekiRA 1900 kalori, sedangkan pria 2100 kalori. Saat berpuasa, tentunyaAnda bisa memenuhi angka tersebut pada saat berbuka dan sahur. Oleh karena itu, sebaiknya pilih makanan yang alami, agar makanan gampang diubah menjadi kalori tanpa menghasilkan efek negatif bagi tubuh, seperti kandungan bahan kimia dalam makanan olahan. Banyak sumber kalori yang bisa Anda peroleh dari
nasi, jagung, atau mie. Protein bisa didapat dari daging, tahu, dan lainnya.

4. Makan Secara Bertahap. Lapar karena seharian berpuasa bukanalasan untuk mengumbar nafsu makan saat berbuka.
Lihatlah kebutuhan yang harus Anda penuhi. Karbohidrat 50-60 persen,protein 10-20 persen, lemak 20-25 persen, cukup vitamin dan mineral dari sayur dan buah. Makanlah secara bertahap. Bisa Anda mulai dengan menikmati makanan ringan atau minuman yang manismanis seperti kolak pisang, kurma atau teh manis. Makanan manis mengandung karbohidrat sederhana yang akan mudah diserap dan segera menaikkan kadar gula darah. Setelah salat magrib, makan makanan pelengkap yang terdiri dari
nasi atau pengganti nasi, protein dari ayam, ikan, atau daging, tahu atau tempe, serat dari sayuran, dan buah. Setelah salat tarawih, Anda dapat makan camilan berupa roti atau buah. Pembagian makan bisa Anda lakukan seperti ini: 50 persen untuk berbuka, 10 persen setelah salat tarawih, dan 40 persen waktu sahur.

5. Rajin Sahur. Usahakan porsi sahur tidak sama dengan porsi makan saat berbuka puasa. Makanlah makanan dengan kadar protein tinggi. Pencernaan dan penyerapan makanan juga menjadi lebih lama dibandingkan dengan makanan yang kadar karbohidratnya tinggi. Setelah sahur, tambahkan susu tanpa lemak dan suplemen multivitamin agar stamina tetap terjaga.

6. Rajin berolahraga. Tubuh Anda justru akan semakin lesu jika Anda tidak berolahraga. Tak harus olahraga yang banyak mengeluarkan keringat, tapi cukup olahraga yang banyak mengeluarkan keringat, tapi cukup olahraga ringan saja seperti jalan kaki, naik sepeda, dan lain-lain. Waktu berolahraga yang baik adalah menjelang berbuka puasa.

7. Tidur siang. Ini akan membantu Anda agar tidak mengeluarkan cairan tubuh berlebihan karena sengatan matahari atau yang lainnya. Selain itu, tidur siang akan mengurangi rangsangan lapar yang berasal dari perut.

Selamat Mencoba, semoga bermanfaat ! Terima Kasih..